JADI SUFI ?
Sy tidak tau apakah cerita ini benar atau tidak. Saya mendengarnya dari seorang kawan. Begini ceritanya;
Dahulu kala… seorang suami, katakanlah namanya Bado, keluar rumah dan merenung duduk sendiri di sebuah tepian danau. Rupanya tak jauh dari tempatnya ada dua orang berpakaian rapi dan tampak seperti perantau.
Bado memperhatikan mereka. Sepertinya mereka sedang kehabisan makanan. Rupanya salah satu di antara mereka duduk bersila sambil menutup mata, mulutnya komat-kamit, dan tiba2 ada makanan mewah di depannya sudah siap santap, lengkap dengan piringan dan sendok mewah.
Bado terkejut. Belum habis kejutnya, seorang lagi berbuat hal yang sama….dan hasilnya sama pula, makanan dan peralatan mewah sudah siap santap.
“Wah, luar biasa orang2 ini. Atau mungkin Tuhan sedang bermurah hati. Sedang musimnya kali. Aku coba ah…,” pikir Bado.
Dia pun duduk bersila seperti dua orang tadi, menutup mata dan komat-kamit sekenanya. “Minta makanan seperti dua orang tadi, ya Allah. Minta makanan seperti mereka ya Allah,” itu yg dia ucapkan.
Semenit kemudian Bado membuka matanya dan kaget bukan main. Makanan yang ada di depannya jauh lebih mewah daripada dua orang tadi. Sambil kebingungan, dia habiskan makanan itu.
Rupanya dua orang asing itu memperhatikannya. Usai makan, mereka bertanya ke Bado.
“Tuan ini sufi juga?” tanya kedua orang tadi.
“Ah bukan…” jawab Bado.
“Tapi… tapi sy lihat bapak tadi berdoa dan doa bapak langsung dikabulkan Tuhan. Bahkan makanan bapak lebih mewah daripada makanan kami.”
“Tunggu…tunggu. Saya ini cuma ikut2an dengan kalian tadi. Tau2 sy juga dapat makanan.”
“Hanya sufi yg disayang Allah yg bisa begitu,” kata si orang asing.
“Wah, ndak tau saya. Benar2 tidak tau…” tukas Bado polos.
“Kami berdua ini sufi yang sedang merantau ke sini. Kami sedang mencari orang yg terkenal di dunia sufi. Kabarnya beliau hidup di kota ini. Mungkin bapak dapat membantu kami mencarinya.”
“Baiklah. Siapa namanya?” tanya Bado.
“Namanya Bado.”
“Lho… itu saya. Tidak ada yg bernama Bado di Kota ini selain sy. Tapi sy bukan sufi yang kalian cari.”
Mendadak dua orang asing tadi saling berpandangan sebentar kemudian bersujud kepada Bado. “Tolong ajari kami apa amalan Tuan Guru setiap hari,” pinta mereka sambil berlutut di hadapan Bado.
“Eh, kalian berdua bangkitlah…bangkitlah. Kalian salah orang. Amalanku tiap hari cuma satu; aku terus mencintai istriku walaupun dia sangat galak. Sepanjang hari aku diomelinya, setiap hari. Tapi aku tahu dia sayang sekali padaku. Maka setiap dia ngomel dan galak, aku tidak membalasnya. Aku diam, sambil dalam hatiku aku berkata “Aku tetap sayang sekali sama kau.” Kalau aku tak tahan karena besarnya suaranya, aku memilih keluar dari rumah. Seperti tadi…aku keluar rumah, duduk di tepi danau ini lalu ketemu kalian.”
Dua orang yang sedang berlutut tadi kemudian berkata, “Terimakasih Guru. Kami sudah dapat pelajaran sangat berharga. Izinkan kami pulang dan mengikuti amalanmu.”

Saya ceritakan ini kepada istri saya. Dia malah bertanya, “Kalau suami yang suka ngomel tiap hari, istrinya bisa jadi sufi?”
Saya terbahak lalu menciumnya dan minta maaf (lagi). 😁😀😁😀