INDRA (Bagian 1)

Pemimpin yang baik, sebelumnya adalah anak-buah yang baik.

****

Saya dkk wartawan sdg meliput rapat DPRD Provinsi Gorontalo, ketika itu masih menumpang di Gedung Balai Kartini, di depan Makodim 1304 Gorontalo.

Politisi-politisi hebat sedang beradu argumentasi dengan sengit. Ada Amir Piola Isa, Abdul Djabbar Bahuwa, Rustam Akili, Budiyanto Napu, Abdul Halim Usman, Muchtar Darise, Murnijati Tanib, Irianto Nurhuda, Syarif Mbuinga, Faisal Hulukati, Fauzi Wartabone, Ishak Liputo, dll.

Semuanya fokus pada topik Perda Anti Maksiat (Catatan: Perda ini tidak pernah dicabut, tapi tidak perah dilaksanakan sampai sekarang).

Di belakang Ketua DPRD, ada Sekretaris Dewan yg dgn teliti dan seksama memperhatikan setiap kata yg diucapkan para anggota dewan yang terhormat. Tubuhnya kecil, sekali2 melepas kacamata, sekali2 memasang kacamata. Pria bernama INDRA YASIN itu tampak tegang, tapi cukup tenang.

Usai rapat, saya sempat ngobrol dengan pak Indra, menanyakan bgm sikapnya sendiri thdp isu yg sdg hot tsb. “Saya ini hanya Sekwan, sy hanya ikuti kata pimpinan. Itu tugas sy. Sy percaya pimpinan pasti memutuskan yg terbaik, dan sy laksanakan dgn sebaik2nya,” tukasnya.

Suaranya pelan, memilih kata2 pun sangat hati2, apalagi dia sedang bicara dgn seorang wartawan. Dia tahu persis apa yg harus dia lakukan sebagai anak-buah; tidak sembarang bicara.

Start typing and press Enter to search