LO’IYA LO TA’UWA, TA’UWA LO LO’IYA

Ketika mewawancarai mantan Walikota Gorontalo, pak Medi Botutihe (semoga ridla Allah SWT untuk beliau almarhum), kami – tiga wartawan – sebetulnya tidak sekadar tanya-jawab, tapi sesungguhnya kami sedang belajar.

Salah satu yang terpatri di hati sanubari kami adalah tentang pentingnya kata-kata seorang pemimpin dalam konsep kepemimpinan Gorontalo.

Judul di atas jika diartikan secara harfiah adalah “kata-kata pemimpin adalah pemimpin kata-kata”. Hakikatnya, kata-kata setiap pemimpin adalah hukum, adalah rujukan, adalah pedoman, adalah perintah, adalah panutan.

Karena itu, seorang pemimpin sama sekali tidak boleh sembarang bicara. Bahkan berbicara kepada dirinya sendiri pun dia harus berhati-hati…..mesti memenuhi minimal satu di antara enam ; qaulan ma’rufa (perkataan yang baik), qaulan sadida (perkataan yang tegas dan benar), qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut), qaulan maisura (perkataan yang pantas), qaulan baligha (perkataan yang membekas pada jiwa), dan qaulan karima (perkataan yang mulia).

Seorang pemimpin tidak layak berbicara sebagaimana rakyat/awwam bicara. Dia mesti menunjukkan kelasnya berada di atas seluruh orang yang dia pimpin. Jika tidak ada kata-kata yang tepat, lebih baik diam.

Wahai para pemegang tampuk pimpinan…tidak semua hal perlu kau ucapkan.

Catatan Elnino

Foto : Kenangan saya, Syamsu Panna dan Reza Rh bersama auliyaa (pemimpin) Medi Botutihe.

Start typing and press Enter to search