Merindukan Odi

Inilah sahabat yg selalu sy cari ketika bersedih; Noldi Ariesanto Lakoro.

Cerita tentangnya bermula dari Civica Radio, stasiun radio milik UNG, dimana Odi dkk-nya jadi penyiar dibawah bimbingan Ka Echa.

Ketika sy nongkrong di studio Civica, sy perhatikan mereka saru per satu. Semuanya cakep2 dan cerdas2 : Ilo, Odi, Yudin, Maild, Iin, Cici, Yuni, Disti, Rara, Uli, Arfan, Atin, Onal, Rianti… dll… (ternyata banyak juga ngoni am…. sorry, tdk tulis lagi satu2😁😀).

Odi adlh penyiar di program semacam mohungguli yg lucu2. “Kak, co tes dulu ikut sama2 deng ana bacirita lucu di dalam studio,” ajaknya. “Ih, bo orang modengar2 kita pe suara yg ke’a ini? Tak usah ah,” tukas sy.

Dia sedikit memaksa, dan akhirnya sy ikut menyiar bersama. Berkisahlah sy tentang seorang isteri cerdas yg bersuamikan seorang pandir. Juga bbrp cerita lainnya. Odi terbahak2… Dia pun mengimbangi dgn cerita ttg rumah angker yg hantunya dungu2. Dan kisah2 lain yg bikin sy cekikikan sampai sakit perut. Entah para pendengar…. 😀😀

Sejak itulah sy dekat sekali dgn Odi. Kami jadi sering curhat2an. (Cat: bahkan dlm curhat pun kami selalu tertawa seakan dunia ini tak ada hal yg terlalu serius 😀).

Teman2 di Civica Radio adalah para aktor di balik dahsyatnya iklan2 politik Elnino ketika menjadi caleg DPD RI 2009. Ada iklan Bola Kaki (Wei… Elnino, delo ba opor uutii…bolo lalayita yi’o botiye), iklan Kunje (Jang jual itu sawah di belakang rumah…. orang punya itu uti), iklan Tujai (Te Elnino tiyo, moyitomo tiyo, bo iyo2mo tiyo), dan ini yg paling fenomenal… IKLAN BADO SUKA SKOLAH (byk org yg masih ingat iklan ini, membekas di memori hingga lebih dari 10 tahun).

Odi adlh pemeran ti papa le Bado. Iklan Bado ini diproduksinya sendiri selama hampir seminggu. Kenapa lama sekali? “Depe ekspresi suara blum ta pas kak… So ulang2 tapi blum dapa,” kata Odi.

Di suatu hari minggu, kira2 dua minggu sebelum 1 Januari 2009, jam 03.30 dinihari, sy menemani Odi yg sedang mencoba merekam iklan Bado dgn penuh penjiwaan.

Dan jadilah iklan itu… Dan saat itulah sy melihat Odi meneteskan airmata ketika berakting sebagai papa le Bado, tepat di kalimat pamungkas, “…..te Bado…bisa lebih dari te Elnino itu uti…. Yakin uti…”.

Hingga matahari terbit kami tdk tidur. Bicara ttg kehidupan dan hakikat2nya. Dia mengaku mengagumi sejarah sy, sementara sy mengagumi bakat Odi yg mestinya berlevel nasional.

Ketika kami saling memuji, tiba2 Odi nyeletuk, “Bbooohhh, kalau bo cewe ti kak ini ana so lamar bertubi2 nooo…😀“. Sy sahut, “Wakako…😀. Kalau bo cewe ente, ana suru antri jadi istri ka ampa😀😀“. So ada so yg kadua katiga? Tanya dia. “Sudah… tapi dorang di sorga 😀😀.”

Panjang2 sy ketik ini di hape, sejam lebih terpotong Subuh. Karena sy kangen sama Odi. Almarhum meninggal 2 tahun lalu, mendadak, setelah bbrp bulan sebelumnya menunaikan umroh. Dia meninggal tepat sehari sebelum pernikahannya (Cat: Itu kisah tersendiri).

Jarang sekali sy punya kawan yg mampu berbincang berdua, ttg berbagai ide2 gila, semalaman tak tidur, dan terus2an tertawa, termasuk menertawakan dunia dan segala isinya.

Di saat2 seperti ini, hanya orang spt Odi yg mampu menghibur kegundahan sy ttg negara dan masa depan bangsa. Dia pasti akan membuatku menertawakan orang2 yg mendewakan kekuasaan dan uang.

Alfaatihah untukmu sahabatku…. Odi…

Aamiin… 🙏🙏

Start typing and press Enter to search