PERANG ASIMETRIS

Periode lalu sy di Komisi Luar Negeri DPR. Salah satu yg pernah dibahas adalah “asymmetric war”. Yang lain menyebutnya “proxy war”.

Secara sederhana, perang asimetris merupakan perusakan kondisi sosial, ekonomi dan budaya serta politik tidak menggunakan senjata fisik, melainkan dengan strategi yang di luar kewajaran.

Itu adalah tentang penguasaan suatu kelompok (bangsa atau negara atau suku atau kelompok tertentu) terhadap kelompok yang lain, dengan cara mengubah keadaan bangsa yang ingin dikuasai supaya benar² manut mengikuti semua perintah si penguasa.

Perubahan itu bisa berupa;

1. sosial (adat, budaya, kebiasaan dan tradisi),

2. idiologi (mazhab, agama, isme),

3. politik (biasanya taktik devide et impera — adu domba lalu kuasai),

4. ekonomi (penciptaan ketergantungan, misalnya dengan hutang),

5. pertahanan (militer) dan

6. keamanan (kepolisian).

“Sasaran tembak” perang asimetris adalah pikiran. Bahasa kerennya, ghozul fikri. Alat tembaknya adalah media berbagai jenis. Pelurunya adalah narasi yang berbentuk propaganda. Dilakukan secara terstruktur, sistematis dan massif.

Jadi, menguasai suatu bangsa, cukup dengan mengendalikan pikiran bangsa itu.

Bagi mahasiswa jurusan Hubungan Internasional (HI), teori² tentang perang asimetris ini sering dijadikan sebagai pisau analisis untuk memahami setiap peristiwa di dunia maupun rentetannya.

Start typing and press Enter to search