PLATO DAN SURYA

Suatu kali, saya sedang jadi narasumber di acara 4 Pilar. Saya sampaikan bahwa kita wajib menjaga Pancasila di republik ini sebagai pemersatu bangsa.

Bahwa istilah pemersatu bangsa justru dipakai merujuk pada mamah² sexy yg mendapat gelar “tante pemersatu bangsa”. Mestinya tidak begitu, kataku.

Bahwa kita harus belajar dari Suriah yg tercabik² dalam konflik perang saudara. Setelah 10 menit saya bercerita tentang Suriah, saya bertanya, “Ada yang tahu Suriah itu dimana?”

Hening sejenak sampai ada yg menjawab lantang, “Suriah 20 ribu satu bungkus pak.”

Semua orang tergelak. Saya bingung sendiri sampai menyadari yg dia maksud adalah merek rokok SURYA. 😃😁

Lalu saya bercerita tentang Aristoteles yg berpemikiran bahwa sampai kapan pun, di belahan dunia manapun jumlah orang bodoh lebih banyak daripada orang pintar sehingga hasil dari demokrasi adalah hasil dari pilihan mayoritas orang bodoh.

Saya ingin menumbangkan argumentasi Aristoteles itu dengan merujuk pendapat gurunya, Plato. “Di antara kalian ada yg tahu siapa itu Plato?” tanya saya.

Di antara hadirin, ada yg angkat tangan dan menjawab, “Depe nama lengkap te Plato Nyawa.” 😃😃😁😁

Saya sadar bahwa ceramah ilmiah saya ini tidak efektif, maka acara 4 Pilar itu saya setop dan dilanjutkan dengan kuis² yang sangat rame dan penuh canda tawa. 🙂

Moral of the story:

1. Jangan sok pintar di kampung walaupun kamu orang kota.

2. Tema yang terlalu serius pasti tidak menarik walaupun benar.

3. Realitas lebih penting daripada teori.

4, 5. ……… (sila ditambah sendiri) 😃

Start typing and press Enter to search