Lahirku

Ini permainan namanya kuda2, dulu. Ndak tau skrg namanya apa. Jgn2 sdh punah 😁 😀. Silahkan ditebak; Elnino yg mana? 😊

1974, saya terlahir di Ayula, Tapa, diamanatkan Allah SWT kepada keluarga yang relatif cukup secara ekonomi. Mama seorang PNS, suster. Papa saya merangkap banyak aktifitas; guru, pengusaha kopra, produsen kapur (punya porono lo tilo), politisi (PSII), pengurus koperasi- koperasi besar, juga usaha angkutan bendi dan gerobak. Tidak miskin di masa itu, walaupun tidak bisa dibilang kaya raya.

Setelah papa meninggal 1989, lalu mama 1992, dan hidup tanpa famili di Jakarta yang lebih kejam daripada ibu tiri yang kejam, saya mengalami perubahan yang sangat mendasar. Hidup harus diperjuangkan, bukan oleh siapa-siapa, tapi oleh diri kita sendiri.

Di cover ini adalah foto ketika saya sudah 7 bulan. Keponakan saya, Idris Moonti yang memegang kereta saya. Dia memang lebih duluan lahir. Mamanya, Suwarni Mohi atau Tata Niko, adalah kakak tertua saya. Di masa remaja, saya yang sudah tak berbapak-tak beribu sering mengingat foto ini, terutama ketika harus berjibaku dengan kehidupan Jakarta yang begitu keras dan tega. Setidaknya dengan begitu saya masih bisa tersenyum, mengingat mama-papa yang selalu berusaha memberi kami–anak-anaknya–segala yang terbaik yang mereka bisa.

Kenangan tentang mama-papa tidak akan pernah hilang dari memori saya, sebab hanya kenangan tentang mereka yang selalu menemani ketika bersedih. Sendiri. Tak terbiasa curhat kepada orang lain, saya hanya curhat kepada arwah kedua mendiang mama-papa yang menemani saya kemana pun pergi. Alfaatihah… Semoga Allah SWT selalu menyayangi mama-papa kita semua. Aamiin….

Foto keluarga. Mama yang menggendong saya di umur 2 bulan

Saya bagi cerita ini untuk mereka yang sedang bersedih merindukan orang tua. Tersenyumlah, kawan Sebab mereka selalu bersama kita, anak-anaknya.

Start typing and press Enter to search